Originally written on Selasa, 3
Februari 2015
Kembali ke
kampus.
Ada kalanya
seorang yang begitu bersemangat mengalami kondisi di saat semangat
tersebut memudar. Itulah yang kualami selama beberapa bulan di tahun
2014 yang lalu.
Kalau dilihat
dari nilai yang kuperoleh selama menempuh studi di kampusku ini, aku
termasuk mahasiswa yang istimewa. Sebuah angka yang banyak mahasiswa bermimpi dan
berusaha dengan sepenuh hati untuk meraih indeks prestasi tersebut.
Aku pun memperoleh nilai tersebut dengan doa dan jerih payah yang
kujalani selama aku masih bersemangat menempuh kehidupan di kampus
ini. Tentunya juga dengan bantuan Alloh swt.
Indeks prestasi
akademis bukanlah segalanya. Nilai diri seseorang tidak dapat diukur
hanya dengan melihat indeks prestasi tersebut. Banyak hal yang
berkontribusi terhadap nilai diri seseorang. Indeks prestasi selama
menjadi mahasiswa hanyalah satu dari banyak hal yang menentukan nilai
diri seseorang.
Tentang apa
yang menjadi tolok ukur dalam menentukan nilai diri seseorang, aku
hanya bisa menyebutkan satu hal: seberapa banyak manfaat yang telah
diberikan bagi orang lain.
Keberadaan
seseorang di dalam masyarakat dinilai dari seberapa manfaat yang ia
berikan kepada masyarakat. Orang yang dianugerahi kecerdasan akal,
jika tidak memberikan manfaat bagi masyarakat, maka orang tersebut
tidak memiliki nilai bagi masyarakat. Keberadaannya di sana sama saja
dengan ketiadaannya. Wujuuduhu ka'adamihi,
begitulah deskripsi yang menggambarkan ketidakbermanfaatanannya bagi
masyarakat.
Idealnya,
setiap anggota masyarakat menyumbangkan apa yang menjadi keahliannya
untuk masyarakat. Cukuplah dengan apa yang menjadi kompetensi aku,
tak perlu memaksakan diri untuk melakukan hal – hal yang luar
biasa. Cukup diawali dari hal – hal kecil yang bisa dilakukan.
Mulailah
dari diri sendiri. Berikan manfaat kepada diri sendiri. Makan
teratur. Jaga kebersihan badan, pakaian, dan tempat tinggal.
Selanjutnya berangsur – angsur meluas, memberikan manfaat kepada
orang terdekat. Buat orang yang berada di dekat aku merasa nyaman
dengan keberadaan aku di sisi mereka. Jangan sampai orang – orang
yang terdekat dengan aku merasa muak dengan keberadaan aku.
Selanjutnya diusahakan untuk memberikan manfaat bagi tetangga dan
sekitarnya.
Idealnya,
seseorang tidak menjadi beban bagi orang lain. Seseorang yang menjadi
beban bagi orang lain haruslah berpikir bagaimana meringankan beban
orang yang menanggungnya. Lebih baik lagi jika seseorang yang selama
ini hanya menjadi beban, berusaha untuk bisa mandiri sehingga tidak
menjadi beban berkepanjangan bagi orang yang selama ini
menanggungnya. Kalau perlu, berikan manfaat dan bantu ia untuk
meringankan beban yang selama ini ditanggungnya.
Berterima
kasih atas kebaikan orang lain. Menghargai kebaikan yang telah
diberikan oleh orang lain padaku. Setidaknya itulah yang harus aku
lakukan ketika aku tidak bisa membalas kebaikan orang lain. Jangan
sampai membalas kebaikan orang lain dengan keburukan. Kalau perlu,
balaslah keburukan dengan kebaikan. Perbanyaklah menanam kebaikan
demi kebaikan. Tidak masalah seberapa kecil kebaikan yang ditanam,
tetaplah menanam kebaikan. Niscaya kebaikan yang ditanam akan
membuahkan hasil di masa depan nanti.
No comments:
Post a Comment