Friday, February 27, 2015

Back to campus

Originally written on Selasa, 3 Februari 2015

Kembali ke kampus.
Ada kalanya seorang yang begitu bersemangat mengalami kondisi di saat semangat tersebut memudar. Itulah yang kualami selama beberapa bulan di tahun 2014 yang lalu.

Kalau dilihat dari nilai yang kuperoleh selama menempuh studi di kampusku ini, aku termasuk mahasiswa yang istimewa. Sebuah angka yang banyak mahasiswa bermimpi dan berusaha dengan sepenuh hati untuk meraih indeks prestasi tersebut. Aku pun memperoleh nilai tersebut dengan doa dan jerih payah yang kujalani selama aku masih bersemangat menempuh kehidupan di kampus ini. Tentunya juga dengan bantuan Alloh swt.

Indeks prestasi akademis bukanlah segalanya. Nilai diri seseorang tidak dapat diukur hanya dengan melihat indeks prestasi tersebut. Banyak hal yang berkontribusi terhadap nilai diri seseorang. Indeks prestasi selama menjadi mahasiswa hanyalah satu dari banyak hal yang menentukan nilai diri seseorang.

Tentang apa yang menjadi tolok ukur dalam menentukan nilai diri seseorang, aku hanya bisa menyebutkan satu hal: seberapa banyak manfaat yang telah diberikan bagi orang lain.

Keberadaan seseorang di dalam masyarakat dinilai dari seberapa manfaat yang ia berikan kepada masyarakat. Orang yang dianugerahi kecerdasan akal, jika tidak memberikan manfaat bagi masyarakat, maka orang tersebut tidak memiliki nilai bagi masyarakat. Keberadaannya di sana sama saja dengan ketiadaannya. Wujuuduhu ka'adamihi, begitulah deskripsi yang menggambarkan ketidakbermanfaatanannya bagi masyarakat.

Idealnya, setiap anggota masyarakat menyumbangkan apa yang menjadi keahliannya untuk masyarakat. Cukuplah dengan apa yang menjadi kompetensi aku, tak perlu memaksakan diri untuk melakukan hal – hal yang luar biasa. Cukup diawali dari hal – hal kecil yang bisa dilakukan.

Mulailah dari diri sendiri. Berikan manfaat kepada diri sendiri. Makan teratur. Jaga kebersihan badan, pakaian, dan tempat tinggal. Selanjutnya berangsur – angsur meluas, memberikan manfaat kepada orang terdekat. Buat orang yang berada di dekat aku merasa nyaman dengan keberadaan aku di sisi mereka. Jangan sampai orang – orang yang terdekat dengan aku merasa muak dengan keberadaan aku. Selanjutnya diusahakan untuk memberikan manfaat bagi tetangga dan sekitarnya.

Idealnya, seseorang tidak menjadi beban bagi orang lain. Seseorang yang menjadi beban bagi orang lain haruslah berpikir bagaimana meringankan beban orang yang menanggungnya. Lebih baik lagi jika seseorang yang selama ini hanya menjadi beban, berusaha untuk bisa mandiri sehingga tidak menjadi beban berkepanjangan bagi orang yang selama ini menanggungnya. Kalau perlu, berikan manfaat dan bantu ia untuk meringankan beban yang selama ini ditanggungnya.


Berterima kasih atas kebaikan orang lain. Menghargai kebaikan yang telah diberikan oleh orang lain padaku. Setidaknya itulah yang harus aku lakukan ketika aku tidak bisa membalas kebaikan orang lain. Jangan sampai membalas kebaikan orang lain dengan keburukan. Kalau perlu, balaslah keburukan dengan kebaikan. Perbanyaklah menanam kebaikan demi kebaikan. Tidak masalah seberapa kecil kebaikan yang ditanam, tetaplah menanam kebaikan. Niscaya kebaikan yang ditanam akan membuahkan hasil di masa depan nanti.

No comments:

Post a Comment