Sunday, August 1, 2010

Kenangan LP3 2005 di PM Gontor 2

Teringat kejadian pada tahun 2005 bersama Almarhum Sulaiman.
Waktu itu aku dengan almarhum sedang mewakili pondok pesantren Baitul Arqom untuk mengikuti lomba perkemahan penggalang dan penegak yang diadakan di pondok modern Gontor 2. Aku bersama Almarhum Sulaiman mendapat amanah untuk mengikuti lomba cerdas cermat tingkat penegak. Pada babak penyisihan, kompetisi antar pondok pesantren berlangsung sangat seru dan berakhir pada lolosnya pondok pesantren kami ke babak semi final. Suatu prestasi yang cukup membanggakan.

Pada malam selanjutnya yang merupakan semi final bagi perlombaan cerdas cermat tersebut, terjadi masalah yang sedikit mengganggu jalannya pertandingan. Perutku rasanya mulas melilit, sehingga pada saat dimulainya pertandingan cerdas cermat tersebut, aku tidak dapat hadir di lokasi tepat waktu. Sebenarnya ada tiga orang yang mewakili masing-masing kontingen dalam lomba cerdas-cermat ini. Namun untuk kontingen Pondok Pesantren Baitul Arqom yang tersisa di lokasi perlombaan hanya satu yaitu almarhum Sulaiman. Mulailah keanehan terjadi pada saat perkenalan. Di awal perlombaan ada perkenalan singkat masing-masing kontingen terhadap wakil yang mewakili lomba cerdas-cermat tersebut. Kontingen demi kontingen telah memperkenalkan anggotanya masing-masing. Hingga tiba giliran kontingen Pondok Pesantren Baitul Arqom, hanya ada satu orang yang berada di lokasi perlombaan: almarhum Sulaiman. Maka terpaksalah almarhum Sulaiman melakukan perkenalan singkat tanpa dihadiri dua orang lainnya, karena aku sedang di kamar kecil dan rekanku satunya sedang mencariku. Betapa anehnya almarhum Sulaiman memperkenalkan orang yang sedang tidak ada di tempat.
“Nama saya Sulaiman. Di sebelah kanan saya adalah Alif, yang kebetulan sedang tidak ada di sini karena ada masalah dengan perutnya. Di sebelah kiri saya ada Saiful Aziz, yang kebetulan juga tidak ada di sini karena sedang memanggil Alif,” begitulah almarhum Sulaiman memperkenalkan orang-orang yang sedang tidak ada di tempatnya. Betapa malunya aku saat mengetahui hal tersebut.
Rupanya hal ini pula yang menyebabkan dropnya mental peserta cerdas-cermat dari kontingen pondokku. Sehingga ada beberapa pertanyaan yang seharusnya dapat dijawab dengan tepat terlewati dengan jawaban yang tidak mengena. Dampaknya adalah regu cerdas cermat kami tidak lolos ke babak final. Betapa campur-aduk perasaanku saat itu: malu plus ingin terus tertawa. Tapi semua itu kami jalani dengan enjoy aja, karena semua ini hanyalah lomba yang memerlukan sportifitas dan kejujuran peserta. Santai sajalah!
Mudah-mudahan almarhum Sulaiman mendapatkan rahmat dari Allah. Kami selalu mengenang segala kebaikanmu.

No comments:

Post a Comment