Thursday, September 9, 2010

Marah: sebuah kegilaan berujung penyesalan

Sebuah nasihat singkat yang disampaikan oleh Rasulullah: Laa taghdhob! Jangan marah! Nasihat singkat yang penuh makna, yang adakalanya sering diabaikan oleh manusia dalam hidupnya. Nasihat yang sangat berarti bagi kebaikan hubungan antar manusia.

Marah adalah sesuatu yang bisa menghilangkan akal. Ketika seseorang dalam keadaan marah, akal sehatnya tidak akan bekerja dengan optimal. Terjadi perubahan kinerja sistem organ dalam tubuh secara drastis. Muka memerah, darah terkumpul dalam kepalanya. Seakan-akan dia dalam keadaan gila. Dalam keadaan seperti itu, setan dengan mudahnya menguasai orang tersebut dan mengendalikan dirinya sebagai pengganti dari akal sehat yang telah dikalahkan oleh kemarahan itu. Marah juga menghancurkan kesehatan. Ketika seseorang marah, kinerja hormon dan sistem organ dalam tubuhnya mengalami kekacauan. Jika hal ini terjadi secara terus menerus, maka penyakit-penyakit berat akan menyerang. Salah satunya adalah hipertensi yang ditandai dengan melonjaknya tekanan darah dari tekanan darah normal.

Terbayang kisah sahabat Ali radhiyallohu anhu ketika beliau sedang berhadapan dengan musuhnya. Pada saat itu beliau sedang berperang satu lawan satu dengan musuhnya itu. Beliau pun berhasil melucuti musuhnya itu. Ketika beliau hendak mengayunkan pedangnya untuk membunuhnya, musuhnya dengan serta merta meludahi mukanya. Kemarahan mulai merasuki sahabat Ali radhiyallohu andhu. Namun dengan serta merta pula beliau menghentikan ayunan pedangnya. Musuhnya pun terkejut melihat apa yang diperbuat oleh sahabat Ali tadi. Beliau pun menjelaskan padanya bahwa ketika musuh itu meludahinya, beliau marah. Beliau menahan dirinya dari membunuh musuh sementara beliau dalam keadaan marah. Akhirnya musuhnya tersebut luluh hatinya oleh akhlak yang ditunjukkan sahabat Ali radhiyallohu anhu dan masuk Islam karenanya.

Betapa besar nilai dari menahan marah ini. Memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tapi dengan berusaha menahan marah, seseorang akan terjaga wibawanya. Untuk  dapat menahan marah ini, seseorang hendaklah berwudhu ketika dalam keadaan marah. Air wudhu akan memadamkan api kemarahan yang disulut oleh setan – sang pendendam terhadap manusia. Juga perlu diperhatikan, dalam keadaan marah lekaslah menyebut nama Allah, berlindung dari godaan setan yang terkutuk.

Ketika seseorang sedang marah dalam keadaan berdiri, maka hendaklah dia duduk. Jika dalam keadaan duduk masih marah, maka hendaklah dia berbaring. Jika dengan berbaring itu rasa marah belum juga hilang, maka menjauhlah dari objek yang menjadi sumber kemarahan. Dengan demikian, dia bisa lebih terjaga dari melakukan tindak aniaya dan kezhaliman terhadap objek yang membuatnya marah.

Kemarahan bukanlah solusi dari suatu permasalahan. Kemarahan bukanlah jalan untuk menyelesaikan masalah. Kemarahan justru malah memperkeruh atau bahkan menambah permasalah yang ada. Boleh jadi muncul dendam karena kemarahan tersebut. Sungguh kemarahan merupakan penutup akal sehat manusia yang seharusnya dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah itu. Kemarahan berawal dari sebuah kegilaan dan berakhir dengan penyesalan. Camkan hal ini baik-baik!

Tag: kemarahan, moral, akhlak, renungan

No comments:

Post a Comment